BECAK: "EMANG SALAH GUE APE?"
by Zeng Wei Jian
Menurut Philosopher Alfred North Whitehead, half-truth memproduksi konklusi salah dan tipu daya.
Cerita Half-truth dibangun di atas fakta parsial. Separuh benar. Kadang hanya menampilkan satu fragmen kecil kebenaran dari keseluruhan fakta. Metode half-truth bisa menampilkan deceptive element, bias makna dan misrepresent the truth.
Fungsinya adalah membuat sebuah keyakinan (a belief) sebagai fakta.
Sebuah fakta, bila dinyatakan separo, bisa mislead orang banyak. Half-truth tidak lain adalah sebuah outright lie. Kebohongan sempurna.
Modus half-truth biasanya dipake oleh penipu profesional, untrustworthy people, dan mereka yang punya hidden agendas.
Dalam naskah "The Magic Lantern: The Revolution of 1989 Witnessed in Warsaw, Budapest, Berlin, and Prague", Timothy Garton Ash menyatakan bahwa the essence of democratic politics might rather be described as "working in half-truth".
Half-truth jadi kebiasaan dalam arena politik. Misalnya di DKI Jakarta. Half-truth gencar dipake sebagai mode nyerang Anies Baswedan di masalah rencana perizinan becak.
Kabar becak ini langsung disamber Anies' Haters. Supaya kredible, mereka gunakan statemen "Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti".
Si pengamat bilang, "Mengembalikan becak ke jalan raya itu kemunduran jauh". Entah apa yang dia amati.
Padahal, Anies hanya berencana membuka trayek becak secara terbatas. Limited policy. Di area kompleks perumahan, lokasi turisme dan kampung yang tak terjangkau angkot.
Becak jadi "Angling" alias Angkutan Lingkungan. Bukan Angkot atau Angkutan Kota.
Selain punya hidden agendas, Anies' Haters hobi berfantasi. Mereka ngayal urbanisasi masif serbu Jakarta. Jalan Sudirman-Thamrin blepotan wara-wiri becak. Di otak mereka, Traffic jam di mana-mana. Gara-gara Becak Anies, Jakarta jadi stucked Hellish city. Kota Neraka.
Go-Block kan...?!
Supaya tampak historis, mereka kutip statement ngawur dari Gubernur Wiyogo Atmodarminto yang mengatakan "pekerjaan menarik becak adalah penghisapan manusia atas manusia”.
Jadi seperti Romusha atau slavery itu profesi becak-driver. Seolah, Kang Becak versi Anies serupa dengan Chinese Rickshaw abad 17 atau imported African slaves di Jamaica. Padahal ngga gitu-gitu amat ya.
Becak lumrah di major shopping district macam Oxford Street London dan New York.
Selama ini becak masih beroperasi di Teluk Gong, Muara Baru, Cilincing. Di Tangerang, Pekalongan, Sumut, Semarang dan sebagainya becak bertebaran. Bahkan ada politisi berpose sebagai penarik becak sebagai pencitraan dulang suara.
Bukan Anies' Haters namanya bila ngga jahat. Mereka bikin meim "becak online". Disingkat "Be-ol". Istilah slank. Artinya berak. Otak haters memang kusut.
Faktanya, Gubernur Anies Baswedan ngga pernah rilis ide soal "becak online". Itu murni hoax. Hasil rekaan imaginer kaum haters. Fakta lain, sebenarnya Anies merealisasi kontrak politik Gubernur Jokowi yang menjanjikan operasi becak di Jakarta.
Semua opini Anies' haters soal becak berdasarkan rasa benci. Masuk kategori hatespeech. "Opinion based on hate is not opinion at all," kata Netizen Rio Sumantri.
Jurnalis Dick Lyles berkata, "Hate makes people stupid".
Dan itu bisa dilihat pada para pembenci Anies Baswedan...!!!
THE END
Baca Juga
- Kolom Politik
No comments:
Post a Comment